KISAH KASIH KHALIK
DI DALAM
AKSARA TIONGKOK KUNO
Oleh : Pdt. Sammy Lee
Leluhur orang-orang Tionghoa bukan atheists ataupun penyembah berhala. Asal mulanya leluhur orang-orang Tionghoa sejak tahun 2205 S.T.M. (lebih dari 4000 tahun yang lalu) sudah mengenal dan menyembah Allah (Shang Ti: Khalik langit dan bumi, Pencipta semesta alam).
Orang-orang Tionghoa pada awalnya bukan penyembah berhala atau dewa-dewa. Sejak adanya catatan sejarah, yaitu pada zaman dynasty Shia ~ ( 2205 STM - 1766 STM) sampai dengan tahun 1911, pada saat dimana Kerajaan Tiongkok beralih menjadi suatu negara Republik dengan Presidennya yang pertama Dr. Sun Yat Sen, untuk jangka waktu lebih dari 4000 tahun raja-raja di Tiongkok setiap tahun harus mempersembahkan korban dalam suatu Upacara penyembahan terhadap Shang Ti, atau Raja Sorga. Upacara ini diadakan di Tien Tan, atau Kuil Langit, yang terletak di Peking. Upacara ini juga disebut Upacara Korban Tapal Batas (Border Sacrifice).
Diatas sebidang tanah yang cukup luas terletak satu taman di mana terdapat tiga struktur bangunan suci merupakan tempat pemujaan kepada Shang Ti itu. Taman dan bangunan-bangunannya yang berdiri sampai sekarang ini selesai dibangun pada tahun 1539 dan memakan waktu 119 tahun untuk mengerjakannya. Tian Tan atau Kuil Langit ini hingga kini menjadi atraksi utama bagi para pengunjung ke kota Peking. Kuil yang terdiri dari tiga bahagian ini di. sebelah utara sekali terdapat bangunan yang atapnya berbentuk kerucut terbuat dari genteng tegel porselin berwarna biru dan bertingkat tiga. Disini setiap tahun raja-raja Tiongkok harus mengadakan upacara korban mempersembahkan seekor lembu muda yang tidak bercacat cela kepada Shang Ti sambil melayangkan doa dalam nyanyian yang berikut ini:
"KepadaMu ya Shang Ti , Pembuat Mujizat yang Ajaib, aku memandang dalam renungan. Betapa agungnya lengkung mahligai Mu dimana Engkau bersemayam. Dengan upacara besar ini aku memuja Engkau dengan penuh penghormatan. HambaMu ini hanyalah laksana sebatang buluh yang terkulai, atau cabang pohon Yang Liu yang merunduk, hatiku seperti seekor semut yang kecil, namun Engkau telah menakdirkan Aku untuk menjadi pemerintah kerajaan ini. Aku menyadari kebodohanku dan kebutaanku, dan aku takut jangan sampai aku tidak layak terhadap karuniaMu yang besar ini. Sebab itu aku berjanji akan mentaati peraturan-peraturanMu dan perintah-perintahMu, dan berusaha, sungguhpun aku ini tak berarti, untuk melaksanakan tugasku dengan setia. Dari kejauhan dibawah ini aku memandang keatas ke istanaMu yang disorga. Datanglah hadir keatas medzbah ini. HambaMu menyembah ke bumi dengan penuh penghormatan, mengharapkan rahmatMu yang limpah. Semua pegawai-pegawaiku ada di sini hadir bersamaku dengan suka cita untuk menyembah Engkau. Kiranya Engkau rela menerima persembahan kami dan menilik kami sementara kami menyembah Engkau, yang kebaikanNya tidak pernah ada habisnya " James Legge, The Notions of the Chinese Conserning God and Spirits (Hong Kong: Hongkong Register Office, 1852), pp. 24-25.
Kong Hu Tsu sendiri merasa kagum dan tidak habis heran memikirkan mengapakah raja-raja Tiongkok untuk ribuan tahun menyembah Shang Ti dan : siapakah Shang Ti yang disembah raja-raja Tiongkok itu., sehingga dia menuliskan di dalam bukunya The Doctrine of the Mean pasal 19: “Dengan upacara korban bagi Langit dan Burni, mereka (raja¬-raja Tiongkok melayani Tuhan Allah, dan dengan upacara-upacara di kuil leluhur rnereka mengadakan korban bagi leluhur-leluhur mereka. Barang siapa yang mengerti upacara korban bagi Langit dan Bumi, akan merasa bahwa pemerintahan sesuatu kerajaan itu sama mudahnya seperti melihat kepada telapak tangannya sendiri."
Memang tanpa bantuan penjelasan dari Alkitab tidak ada. seorang pun akan bisa mengerti rahasia atau teka-teki ini mengenai siapakah Shang Ti yang disembah raja-raja Tiongkok selama lebih 4000 tahun di Kuil Langit atau Tien Tan itu. Sebaliknya, dengan mempelajari Aksara Tiongkok Kuno, mereka yang percaya akan Alkitab akan semakin diteguhkan imannya terhadap buku ini karena huruf-huruf atau Aksara Tionghoa itu, menujang dan menjelaskan Alkitab ini.
Huruf-huruf Tionghoa, satu-satunya huruf purba yang telah berumur lebih dari empat ribu tahun dan masih diucapkan oleh lebih dari seperempat penduduk dunia sampai pada hari ini, apabila diselidiki dengan seksama, menunjukkan bahwa pada awalnya, nenek moyang mereka tidaklah berpaham politeist, melainkan monoteist, artinya percaya hanya ada satu Allah, yang mereka sebut Shen atau Shang Ti sampai sekarang.
Shang Ti dituliskan dengan dua huruf yang merupakan ideograph.
Aksara Tionghoa terdiri dari pictograph (gambar yang disederhanakan), ideograph dan mungkin yang ketiga kita bisa sebut phonograph, yaitu huruf-huruf yang dibentuk karena berdasarkan bunyi atau suara waktu mengucapkannya.
Contoh pictograph : Misalnya kata "gunung"[San] itu diucapkan dengan mengggambarkan tiga puncak gunung, satu yang ditengah paling tinggi diapit dua gunung yang lebih rendah sebelah menyebelahnya. Ini kemudian disederhanakan menjadi
Contoh ideograph : Kata "tiga" (bacanya juga san) terdiri dari tiga garis horisontal atau mendatar yang tentu saja dapat kita tebak dengan sangat mudah, berarti : 3.
Contoh phonograph : Kata "kuda" (ma) adalah sebenarnya gambar kuda yang disederhanakan, hanya surinya, lehernya, punggungnya. ekornya dan empat kakinya.
Sedangkan kata "ibu" [ma] adalah ideologi dari seorang perempuan berdampingan dengan gambar seekor kuda, disini kita bisa katakan hanya dipinjam dari bunyinya tetapi juga bisa kita katakan bahwa seorang ibu adalah seorang perempuan yang harus bekerja keras seperti kuda.
Sejak dari permulaan sejarah Tiongkok ada dicatat bahwa raja-raja mereka setiap tahunnya harus pergi ke satu kuil yang letaknya diperbatasan utara dari kerajaan itu, tepatnya di Peking atau Beijing, dan disebut Tien Tan atau Temple of Heaven, Kuil Langit.
Disini sejak zaman dinasti Shia, yang dimulai kira-kira pada tahun 2000 Tarikh Masehi (A.D.), setiap raja Tiongkok yang berkuasa diharuskan pergi ke Kuil itu untuk mengadakan penyembahan dalam satu upacara yang sangat menarik dan mengesankan.
Diatas bangunan yang dindingnya merupakan lingkaran, dan atapnya merupakan kerucut itu, sang raja harus berdoa merendahkan diri dihadapan Shang Ti atau Raja Yang Diatas, singkatnya : Raja Diatas Semua Raja-raja.
Ketika diselidiki oleh para ahli huruf Tiongkok purba, ternyata menurut penemuan archeology yang terdapat dalam kubur-kubur kuno, ternyata huruf Ti atau "raja" itu, asal mulanya merupakan gambar tiga mulut, seperti tiga helai daun yang berbentuk segi tiga, diatas batangnya dan dibawahnya bercabang tiga seperti akar pohon
"Mulut" sampai sekarang masih digunakan untuk menyatakan "person" atau orang". Jadi dengan kata lain. orang Tionghoa pada zaman dahulu menciptakan huruf yang artinya "Raja" sama dengan tiga oknum atau tiga person yang bersatu sama dengan tiga bagian dari satu pohon yang tidak dapat dipisahkan, merupakan satu unit, three in one, dengan istilah lain, Trinity.
Selanjutnya kata "Allah" [shen] adalah terdiri dari dua radikal yang digabungkan sebelah menyebelah. Yang dikiri radikal `she' yang artinya : "memerintahkan' atau "memaklumkan" sedangkan, disebelah kanannya adalah radikal `shen' yang artinya adalah "mengajar atau memberikan instruksi". Dan kalau kita pikirkan untuk memerintahkan, memaklumkan, mengajar dan memberikan instruksi kita harus menggunakan mulut kita. Jadi dengan kata lain, menurut konsep orang Tionghoa purbakala, Allah itu terdiri dari tiga oknum, dia memerintah di atas langit, adalah lebih tinggi dari semua raja-raja dan harus disembah dan bahweaTuhan Allah itu menciptakan segala sesuatu dengan mulutNya.
Sekarang mari kita tinjau kata yang berikutnya : "Roh" [ling]. Huruf ini terdiri dari radikal "hujan"
Dan dibawahnya terdapat "tiga mulut" (tiga oknum) dan dibawah sekali adalah "pembuat mujizat".
Dengan kata lain, Roh Kudus adalah dari yang "tiga" juga, atau merupakan salah satu dari Trinity tadi, bersifat seperti hujan (ingat bagaimana didalam Alkitab, Roh Kudus itu diibaratkan sebagai hujan awal dan hujan akhir, dan didalam menciptakan, yang menurut Alkitab ketiga-tiganya itu bekerja bersama-sama ("Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita ..... Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka." Kejadian 1:26, 27. Dan Allah ini menciptakan segala sesuatu sama seperti cara Tukang Sulap atau Pembuat Mujizat, yaitu dengan hanya mengucapkan beberapa perkataan, maka terjadilah apa yang dia mau ciptakan.
Kemudian mari kita lihat apa yang dikatakan Alkitab mengenai cara Allah menciptakan atau menjadikan segala sesuatu. "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah maka semuanya ada". Mazmur 33 : 9. Wow ! ini sungguh mengesankan.
Setelah itu mari kita tinjau lebih lanjut kata "api" [huo] , perhatikan bagaimana kata ini terdiri dari "orang" [jen] ditengah-tengahnya dan dikiri kanannya ada dua kobaran nyala api. Menurut Alkitab Allah itu sifatNya seperti api yang menyala-nyala. Nah, kalau Pencipta itu seperti "api" layaknya, dan manusia diciptakan menurut gambar dan rupanya, bagaimanakah rupa manusia itu. Ya pasti seperti api juga, betul begitukah ?
Baiklah kita lanjutkan dengan huruf "menciptakan" atau "menjadikan" [zhao] Huruf ini terdiri dari "tanah" [tu] + kehidupan [pie]) + "mulut" [kuo] + "berjalan" [cou ce pien] . Dan seluruhnya digabung membentuk huruf "menciptakan" [zhao].
Artinya waktu menciptakan manusia pertama, Adam, Shang Ti, Tuhan Allah mengambil "tanah", lalu dengan mulutnya Dia memberikan kehidupan, sehingga Adam berdiri dan langsung bisa berjalan sebagai orang dewasa dan tidak perlu merayap dahulu seperti semua bayi-bayi yang dilahirkan kedunia ini, termasuk saudara dan saya.
Hebat ! Saudara pikir ini hanya kebetulan saja ? Ah, saya rasa kalaupun hanya ada kata-kata ini didalam huruf-huruf Tionghoa yang jumlahnya ribuan, sudah cukup meyakinkan bahwa ini bukan hanya kebetulan saja, melainkan memang nenek moyang orang Tionghoa pada zaman purbakala, empat ribu tahun yang lalu pada waktu mulai menciptakan huruf-huruf sebagai suatu sistem untuk berkomunikasi, telah memikirkan faktor-faktor yang dipengaruhi oleh kisah penciptaan dunia oleh satu Oknum yang disebut `Shang Ti', (Raja Yang Diatas), Sheung Dai menurut bacaan orang Kanton (Guang Dong atau Kong Fu) dan El Shaddai, menurut orang Ibrani.
Wah, wah, wah ! Semakin asyik pelajaran ini. Mari kita tinjau selanjutnya kata "taman" [yuen]. Kata ini terdiri dari empat garis yang mengelilingi perbatasannya, dan didalamnya adalah : "tanah" [tu] + "mulut" [kuo] + orang [jen] + "satu lagi orang yang keluar dari samping orang yang pertama itu dan seluruhnya digabung menjadi `taman" [yuen]
Bukankah memang persis seperti itu uraian Alkitab mengenai bagaimana cara Tuhan Allah menciptakan pasangan manusia yang pertama ? Dia mengambil tanah, membentuknya menjadi suatu boneka yang menyerupai Dia sendiri, lalu menghembuskan napas kehidupan, yang tentunya Dia menggunakan "mulut", dan terjadilah seorang manusia, yaitu Adam, dan dari sisinya Dia menciptakan manusia yang kedua : Hawa !
Sungguh sangat fantastis !
Lebih lanjut saya ingin anda memperhatikan kata "kebahagiaan" [fu], kata ini terdiri dari bahagian-bahagianNya : Allah + "satu mulut" + kebun atau ladang" = "kebahagiaan" [fu].
(kebahagiaan)
Kemudian perhatikan "kebun" atau "sawah" atau "ladang" itu, adalah suatu bidang yang dikelilingi perbatasan yang bersegi empat, dan ditengah-tengahnya ada silang yang merupakan "sungai yang bercabang empat". Baca Kejadian 2 : 8-10 :"Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden dan pohon kehidupan ditengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang".
Dengan kata lain: Kebahagiaan itu terdapat didalam taman Eden pada waktu ada satu orang (Adam) didalam taman, berjalan disamping Allah, artinya menurut kepada kemauan dan perintah Allah.
Kejadian 3:1-3 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada ditengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
Sayang kebahagiaan mereka didalam taman Eden tidak kekal. Ada satu makhluk yang dikenal oleh semua bangsa dengan nama Setan, Iblis atau si Penggoda. Orang Tionghoa menamakan Setan itu `Mou kui'. Coba perhatikan cara menuliskan huruf untuk Setan Penggoda itu:
"Taman" [tien] + "kehidupan" [pie] + "anak lelaki" [erl] + "rahasia' [sze] = "setan" [kui].
"Penggoda" dituliskan : berlindung atau "ditutupi" atau "bersembunyi" + "dua pohon" + "setan" = "penggoda" [mou] .
Digabung keduanya [mou kui] menjadi: "Setan Penggoda"
Mungkinkah ini hanya merupakan kebetulan belaka ? Tetapi marilah kita meneruskan cerita yang semakin lama semakin mempesonakan ini :
Sebagaimana kita lihat, ditengah-tengah taman itu, sebagai pusat dari tempat tinggal pasangan yang pertama itu terdapat dua pohon, pohon kehidupan dan pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Pohon ini sangatlah penting utuk menentukan apakah mereka itu akan diperbolehkan untuk hidup selama-lamanya atau tidak. Pohon yang pertama buahnya boleh dimakan, bahkan perlu dimakan untuk menyatakan kepercayaan dan ketergantungan mereka kepadaa Allah yang sudah mendelegasikan kuasaNya memberikan kehidupan ataupun melanjutkan kehidupan mereka. Tetapi pohon yang kedua tidak boleh mereka makan buahnya, terlarang dengan kata lain.
Kata "terlarang" dituliskan dengan "dua pohon". Dan dibawahnya adalah "Allah". Dengan kata lain : "Larangan yang pertama adalah diadakan di taman Eden sehubungan dengan dua pohon yang terdapat d itengah-tengahnya. Kedua pohon itu adalah merupakan ujian untuk melihat kesetiaan manusia. Tetapi sayang mereka jatuh di dalam ujian itu, akibat penggodaan dari mahluk yang disebut Setan atau Mou Kui tadi.
Kejadian 2:16,17. Lalu Tuhan Allah memberi perintah kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas , tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Mengapa huruf untuk kata "melarang" dalam bahasa Tionghoa terdiri dari radikal "Allah" dan dua "pohon"? Ini tidak lain karena larangan yang pertama yang dikenal oleh manusia adalah diucapkan oleh Tuhan Allah didalam taman Eden yang ditengah-tengahnya terdapat dua pohon itu. Yang satu buahnya boleh dimakan, dan penting untuk dimakan, tetapi yang satunya lagi tidak boleh dimakan buahnya.
Sekarang perhatikan kata "tamak" atau "serakah" (menginginkan sesuatu yang bukan milik kita, atau hak kita). Pada huruf ini kita perhatikan lagi ada kedua pohon yang terletak ditengah-tengah taman Eden itu, dan wanita dibawahnya sedang memandang kepada pohon yang terlarang itu.
Sekarang perhatikan kata yang berikutnya dalam tulisan Tionghoa yang berarti "permulaan" . Ini jelas menggambarkan permulaan dari dosa. Dalam huruf ini kita melihat seorang "wanita" dan di sebelah kanan atas"rahasia" atau "tersembunyi" secara diam-diam atau secara perseorangan. Dan di bawahnya adalah satu mulut. Lebih mengherankan lagi kalau kita melihat tulisan ini yang terukir di tulang belulang purbakala, karena disitu jelas sekali digambarkan seorang wanita dan disampingnya ada satu mulut yang sedang memakan satu buah.
(permulaan )
Sekarang coba perhatikan ayat yang berikut ini yang melukiskan penggodaan terhadap wanita dan langkah-langkah menuju kepada kejatuhannya:
Kejadian 3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
Perhatikan kata "sedap kelihatannya" dengan kata lain "indah" atau "cantik" , "bagus". Untuk kata "indah" atau "cantik" ini huruf Tionghoa terdiri dari seorang wanita berdiri disamping sebuah pohon yang berbuah. Dilengkapi dengan kata "tamak" atau "serakah" di atas tadi, maka jelaslah huruf-huruf ini menggambarkan bagaimana buah yang "cantik" dan menarik itu, menyebabkan "hatinya tertarik" dan dia menjadi "tamak", menginginkan sesuatu yang bukan haknya atau miliknya.
Inilah permulaan dari dosa atau pelanggaran terhadap perintah Allah dan berakibat fatal, sebagaimana Alkitab katakan bahwa "upah dosa itulah maut."
Sekarang mari kita tinjau makhluk yang digunakan oleh Setan untuk menjatuhkan manusia di dalam penggodaan itu. Ular tadi rupanya asalnya bukanlah makhluk yang merayap ditanah. Untuk binatang melata huruf Tionghoa menggambar satu makhluk yang berdiri, mempunyai mata yang menunjukkan kecerdasan dan malah mempunyai sayap. Bukankah orang Tionghoa menggambarkan ular naga itu sebagai makhluk mulia yang cerdik dan bisa hidup di darat , di laut dan di udara, jadi berarti bisa terbang dan mempunyai sayap?
(reptil / binatang melata) (sayap)
Caranya dia menjatuhkan Hawa? Dia menjerat dengan menggunakan empat ucapan, atau dengan perkataan-perkataan.
1. sekali-kali kamu tidak akan mati
2. matamu akan terbuka
3. kamu akan menjadi seperti Allah
4. kamu akan tahu tentang yang baik dan yang jahat
Untuk kata "jerat" atau "perangkap" huruf Tionghoa sama bentuknya dengan huruf "empat". Lalu akibat dari pelanggaran ini ialah dijatuhkannya vonis atau hukuman mati kepada Adam dan Hawa. Huruf "menghukum" atau "mendenda" dalam bahasa Tionghoa mengandung bagian-bagian berikut: "jerat" (serupa dengan "empat") + "perkataan" + "pisau" = "menghukum" atau "mendenda".
(menghukum)
Sekarang coba perhatikan akibat yang terjadi pada waktu manusia melanggar perintah Allah itu. Kejadian 3 : 7, "Maka terbukalah mata mereka berclua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat".
Untuk kata "telanjang" ada 3 huruf dalam tulisan tionghoa, ketiga-tiganya mengandung pohon.
Yang pertama disebelah kirinya terdapat radikal "orang" untuk menjawab pertanyaan, Siapa yang bertelanjang ?
Yang kedua disebelah kirinya terdapat radikal "tubuh" untuk menjawab pertanyaan, Apanya yang bertelanjang ?
Yang ketiga disebelah kirinya digunakan radikal "pakaian" untuk menjawab pertanyaan, Apa yang digunakan untuk menutupi ketelanjangan itu ? Kalau tadinya mereka ditutupi dengan kemuliaan sebelum berdosa maka sekarang kemuliaan itu hilang sehingga harus ditutupi dengan pakaian.
Ketika Allah meninjau mereka di taman seperti biasanya di senja hari selalu mereka itu datang menyambut dengan kesukaan. Tetapi kali ini ketika Allah datang mengunjungi mereka di taman sebaliknya daripada datang menyambut dengan sukacita mereka malahan menyembunyikan diri di balik pohon-pohon.
(bersembunyi) tubuhnya menjadi satu dengan pohon
Kejadian 3 : 8, "Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah yang berjalan jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Tuhan Allah diantara pohon-pohonan dalam taman".
Untuk kata "memanggil", "mari" kita lihat radikal "pohon" dan ada 2 manusia kecil di kiri kanan pohon itu jelas menggambarkan situasi ketika Allah memanggil mereka keluar dari tempat persembunyian mereka dibalik pohon itu. (mari)
Dalam kemurahannya Tuhan Allah menyediakan pakaian untuk menutupi ketelanjangan mereka, dan kata "pakaian" benar-benar menggambarkan bagaimana pakaian yang pertama itu telah dibuat untuk menutupi sepasang manusia yang pertama yaitu yang terdiri dari : Adam dan istrinya, Hawa yang diciptakan atau keluar dari sisinya.
Setelah itu kita akan mempelajari bagaimana hukuman yang dijatuhkan kepada mereka yang melanggar tapi dengan anugerah dan kecnintaan Tuhan yang besar, dia rela menanggung semua kutuk dosa kita dalam tubuhNya sendiri, supaya kita tidak perlu lagi menderita sengat dosa itu untuk selamanya. Ini akan dibahas dalam artikel berikutnya, :
" 7 Kutuk Kita Dipikul Kristus Di Kalvari"
Monday, August 17, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment